Minggu, 12 Juli 2015

Kakek Edgar dan Surat Balasan part 1

 "Terimakasih..."
Ujar lelaki berseragam orange itu dan beranjak pergi meninggalkan Kakek Edgar yang -entah sudah berapa kali membetulkan posisi kacamatanya.
Kakek Edgar adalah kakek yang membesarkanku selama ini. Aku menganggapnya lebih dari sekedar seorang pengasuh tua, bagiku ia adalah kakek yang sekaligus menjadi guru, ibu, ayah, teman curhat bahkan apapun. Ia adalah harta istimewaku karena dia satu-satunya keluarga yang aku punya.
Entahlah, sejak kecil aku enggan menanyakan kemana ibuku? siapa ayahku? apakah mereka berdua kelak akan menemuiku? atau bahkan mereka telah meninggal dunia sejak lama? entahlah... aku tak peduli dan kakek-pun tak pernah menceritakan itu.
Ini sudah sangat larut malam ketika kulihat kakek tak hentinya memandang amplop coklat yang didapatnya senja tadi. Ini tidak biasa. Sungguh tidak biasa. Biasanya ketika lelaki berseragam orange itu bertandang ke rumah, itu pertanda bahwa besok pagi aku akan mendapatkan uang saku yang banyak dan tentunya kakek-pun tak akan bermuka aneh seperti itu.
“Bahkan ini sudah sangat lama” ujar kakek pelan.
“Apakah kita mendapatkan berita buruk kakek?” tanyaku akhirnya. Setelah beberapa puluh menit menahan rasa penasaran yang sangat menggebu.
“Lebih dari itu nak.. Kemarilah. Kakek akan menceritakan suatu hal kepadamu. Tapi sebelumnya kau harus baca surat ini”
Aku menerima surat itu gemetar. Semoga tak benar-benar berita buruk, semoga ini hanya sebuah lelucon saja. Aku melihat nama pengirimnya, tersedak. Dibagian belakang amplop itu tertulis “Kepada Kamu; Tertanda ‘Ain”.



0 komentar:

Posting Komentar

 
nilnafaricha Blogger Template by Ipietoon Blogger Template